Melawan Gravitasi
Segala kekacauan yang terstruktur ini sudah menggenapkan identitasnya yang dari sebuah tragedi, jadi sebuah proses terencana.
Dan rencana terbusuk adalah menggerakkan tangan besi dengan kuasa, dengan leluasa hanya untuk ego pribadi, dan tidak untuk kebaikan khalayak massa.
Saya sudah sampai di titik gerah dan ingin menyerah, marah.
Marah saya itu tidak pantas dilampiaskan kecuali jika, dan hanya jika saya menolak kalah.
Biar. Berdarah-darah.
Saya tahu apa yang saya perjuangkan; dan semoga saya diberi kekuatan untuk memperjuangkannya.
"Anak kecil, bisa apa?"
Saya bisa menyatakan ya dan tidak.
Saya bisa menolak, bertolak, dan berontak.
Saya bisa menyalak.
Dan saya bisa mendobrak.
Butuh waktu, benar.
Butuh tenaga, ya.
Tapi saya tidak ragu mempertaruhkan semuanya.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana saya tidak rela ada yang mengusiknya.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana memorabilia bersejarah saya bertebaran tak terhitung nilainya, minta dibela.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana saya mencintai sesuatu dengan seluruh indra, hati, dan rasa.
Dan saya sudah putuskan, selemah-lemahnya saya di mata perkara, saya tidak akan diam saja.
Dan rencana terbusuk adalah menggerakkan tangan besi dengan kuasa, dengan leluasa hanya untuk ego pribadi, dan tidak untuk kebaikan khalayak massa.
Saya sudah sampai di titik gerah dan ingin menyerah, marah.
Marah saya itu tidak pantas dilampiaskan kecuali jika, dan hanya jika saya menolak kalah.
Biar. Berdarah-darah.
Saya tahu apa yang saya perjuangkan; dan semoga saya diberi kekuatan untuk memperjuangkannya.
"Anak kecil, bisa apa?"
Saya bisa menyatakan ya dan tidak.
Saya bisa menolak, bertolak, dan berontak.
Saya bisa menyalak.
Dan saya bisa mendobrak.
Butuh waktu, benar.
Butuh tenaga, ya.
Tapi saya tidak ragu mempertaruhkan semuanya.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana saya tidak rela ada yang mengusiknya.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana memorabilia bersejarah saya bertebaran tak terhitung nilainya, minta dibela.
Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana saya mencintai sesuatu dengan seluruh indra, hati, dan rasa.
Dan saya sudah putuskan, selemah-lemahnya saya di mata perkara, saya tidak akan diam saja.
Comments
Post a Comment