SINGAPORE 2017: Short Trip & Coldplay!

Friday, March 31
Take off jam 17.20 naik Jetstar, sampai di Changi Airport (lalu baru pertama kali ngeliat Kinetic Rain tahun ini setelah sudah pernah berkali-kali ke Changi) langsung makan malam di Burger King. Honestly speaking, saat bertamu ke negeri-negeri selain Indonesia, gue selalu berpikir makanan Indonesia tetap paling juara. Nah, yang kali ini, gue serius- gue langsung bersyukur jadi orang Indonesia. Bahkan Burger King Indonesia & Singapore aja yang ada di bawah satu nama perusahaan, gue masih berani jamin, bagi lidah Indonesia, pas ke Singapore pasti langsung berasa makanannya nggak berasa. (selingan)

Setelah selesai di Burger King, naik Skytrain ke Terminal 3 lalu naik MRT ke hostel. Keselnya, sempet ngalamin stuck di fare gate-nya karena corrupted ticket. Tapi ngga papa, abis itu langsung lanjut jalan kaki sedikit lalu nyampe di hostel.

Gue, Kakak dan Kak Bintang menginap di The Little Red Dot di Lavender Street. For those of you who are coming to Singapore, give this place a try! Gue sangat recommend karena tempatnya bersih, atmosphere-nya menyenangkan dengan color palette yang anak muda banget, ada semacam living room (ada bean bag, tea & coffeemaker, ayunan, sleeping bags) di mana lo bisa kenalan sama orang-orang yang menginap di situ dan punya sangat besar kesempatan buat dapet kenalan sama orang beda kewarganegaraan. Kunci kamar hostelnya juga ngga konvensional, di sini udah pakai teknologi wristband key. Overall, gue sangat suka The Little Red Dot karena rasanya seperti tinggal di rumah, super-cozy with really great decor. Will rate this place 9.5/10! 

Karena pas nyampe hostel udah tepar karena perjalanan, langsung tidur.


Saturday, April 1
Bangun jam 08.00 lalu sarapan pagi di Broadway Food Court. Pesen Nasi Lemak yang memang sudah salah satu to-do list sejak di Jakarta.

Then, off we go!

Destination 1: Haji Lane!

Ngambil beberapa foto di berbagai walls dengan warna berbeda. Sesuai dengan alasan terkenalnya tempat ini, Haji Lane memang cocok banget jadi destinasi buat temen-temen yang ngerasa holiday pictures / instagrammable places are mandatory.
How it looks like: an ordinary lane


only when you see closer, you'll see.








sempurna untuk photoshoot kakak beradik~



Setelah dari Haji Lane, kita ke Destination 2: Marina Bay Sands.

By the way, di stasiun MRT sempet beli Gong Cha rasa Chocolate Milk with Oreo on top + Black Pearl untuk harga 4.5 dollar. Worth it, mengingat panasnya hari waktu itu & butuhnya asupan gula.

Pas di Marina Bay Sands, setelah puas jalan-jalan di The Shoppes, lalu sempat mampir ke ArtScience Museum tanpa direncanakan sebelumnya. Sudah masuk ke dalam & ke info centernya, lalu udah turun ke basement ke tempat ticketing, dan whoa.. ternyata antreannya ramai sekali. Waktunya terlalu sempit untuk ngantri dan menikmati atraksi. Jadinya rencana untuk spend waktu di ArtScience Museum ini akan (insyaAllah) di lain waktu saja. :-)

Nah, setelah dari ArtScience, kita ke Helix Bridge dan ambil foto (ala turis) yang berharap landscape Marina Bay Sands-nya kelihatan, alhamdulillah dapet foto yang diharapkan.

Versi kakak beradik

Versi kakak beradik + seseorang yang selalu berada di balik foto si kakak beradik


Lanjut jalan ke Promenade MRT Station, dan caw ke next stop.


Destination 3: Clarke Quay.

Memang ingin ke Clarke Quay dari lama karena penasaran, tapi baru kesampaian di trip yang kali ini. It was a very eye-pleasing place, I'd say. Adem banget liat river view & restoran-restoran lucu yang ada di sisi-sisinya. Setelah sightseeing, gue, Kakak dan Kak Bintang memutuskan untuk makan di dalam The Central yaitu mall yang ada di Clarke Quay.

Kita memilih makan di JJ Fish Market (Level 1), dan gue pesen Unagi Teriyaki Don yang sudah sepaket dengan Miso Soup-nya untuk 12.80 SGD - yang menurut gue super worth it dengan porsinya yang telah berhasil bikin kenyang sampai malam (ini serius).

Setelah kenyang, lanjut ke destination utama & alasan trip ini terjadi:

NATIONAL STADIUM SINGAPORE 
COLDPLAY: A HEAD FULL OF DREAMS TOUR

It was a long, long queue and a long, long wait. Sampai dan mulai ngantre dari sekitar jam 4 sore, dapet antrean di lantai 1 padahal venue-nya di lantai 2 (iya, sepanjang itu.)

Merchandise booth aja ngantrenya begini? Wassalam.

Pas akhirnya masuk gate, excitement gue nambah 200% HAHA rasanya seru banget, padahal baru masuk stadiumnya aja. Di dalem, Jess Kent sudah mulai nyanyi sebagai opening act.


After the opening act and a quite long preparation time for the band, a lot of taking selfies like this:

(bad quality dan masih berani x-large)

here it comes..

COLDPLAY!

Lagu pertama langsung banget salah satu lagu favorit sekaligus judul tour kali ini: A Head Full of Dreams. PARAH, pecah banget. Dilanjutkan dengan lagu-lagu lainnya, Yellow, Every Teardrop is a Waterfall, The Scientist.

Yang lucu adalah:
Kakak gue adalah salah satu orang yang paling tidak (menunjukkan bahwa ia) memiliki perasaan. Pas gue nengok, eh doi lagi nangis ga karuan padahal lagunya lagi upbeat-upbeatnya dan semua orang lagi loncat.

Up&Up

Ngga papa, gue ngerti karena giliran gue yang nangis pas Coldplay lagi bawain salah satu lagu paling indah sedunia yang pernah gue tau: Everglow. Paling indahnya pas di akhir, diputar rekaman Muhammad Ali berbicara ke live crowd di tahun 1977 yang berbunyi:

"God is watching me. God is..
God don't praise me because I beat Joe Frazier. God don't give nothing about Joe Frazier… 
He wants to know: How do we treat each other? How do we help each other? 
So, I'm going to dedicate my life to using my name and popularity to helping charities, helping people, uniting people, people bombing each other because of religious beliefs. 
We need somebody in the world to help us all make peace. 
So when I die, if there's a heaven, 
I'm gonna see it."



Actually, di saat itulah gue mengerti kenapa Coldplay sangat digemari sebegitu besar jumlah populasi di seluruh dunia. Their music speaks a universal language, and you don't need complicated elaboration to be able to feel & get involved. They speak humanity.

Setelah lagu Everglow, gue melanjutkan menonton konser Coldplay itu dengan rasa engaged yang berkali-kali lipat.

Coldplay emang paling bisa mainin & narik-narik jiwa orang, seakan si penonton adalah bagian besar dari konser yang tidak terpisah dari performer. Visualnya, men. Lighting play dan atmosfer merah pas Clocks, ledakan kertas-kertas berbentuk burung saat lagu Birds, semburan api dari 4 flamethrower per sisi panggung di Hymn for the Weekend, heningnya stadium & syahdunya semua cahaya biru pas Everglow, how the whole stadium has gone yellow for Yellow, dan LITERAL BALLOONS di Adventure of a Lifetime, confetti di Up&Up sebagai penutup konser.

Bahkan, Chris Martin wrote a song for Singapore spontaneously, on stage. Gimana gak berasa spesial, orang-orang sini?

Clocks

FIX YOUUUUU.
All of these madness(es), membuat gue paham, kenapa banyak sekali orang yang rela jauh-jauh datang untuk nonton Coldplay, bahkan berkali-kali menonton di berbagai stadium dalam tur yang sama, karena Coldplay doesn't just give you the chance to sing along their songs with them, they wanted you to experience being a part of them in a very fantastic, magical, and a spectacular way.


Pencerahan yang gue dapat seketika setelah konser berakhir: bahwa gue akan langsung nabung, biar saat Coldplay datang ke Indonesia, gue ngga perlu menghabiskan waktu 10 menit untuk ngecek keadaan ekonomi pribadi buat langsung beli tiketnya, lagi.

:-)




The Birds, Birds.

Balloons at Adventure of a Lifetime

It was such a magical night, and a beautiful trip. Thank you, God.



Gonna wait for the next one. <3




Comments

Popular posts from this blog

BINTAMA 2016: Enam Hari di Kesatrian Gatot Subroto