Posts

Showing posts from 2016

2016 to 2017

At the near end of the year, I can finally say thank you to this year for throwing hardship so I can learn to be stronger, and for shoving sadness to my face so I can find the way out to happiness, myself. After all, to everyone in my 2016, thank you for making me a better person. To put it simply, this has been a crazy year. But I love it. Sekilat mengetuk hati, mengirimi bunga warna-warni (sepaket dengan durinya), sekarang kamu pergi lagi. Terima kasih, dua ribu enam belas. Bring it on, 2017.

Musafir

Aku tak akan pernah berhenti berkelana. Tidak walaupun menemukan mata air danaumu; tidak jua saat melihat domba-domba memakan rumput hijaumu. Aku tak akan pernah berhenti berkelana. Tidak bahkan saat angin malam tajammu menusuk, gigil; tidak jua saat sinar batarimu menyengatku, berpeluh. Aku sang musafir, Hilang arah di tengah bingungmu; yang tak kunjung tentukan, gugus bintang mana yang kita ikuti? Atau: aku yang harus menentukan sendiri? Tidak. Perjalanan yang kita mulai berdua, tak pantas kuakhiri seorang diri. Aku sang musafir, menunggumu beranjak. Pada badai pasir kita akan menantang. karena hanya pada peluk sadarmu, aku akan pulang.

15 Hari Menuju Januari

Gue selalu senang menanti Januari. Terlepas dari ulang tahun gue yang kebetulan ada di bulan itu, Januari selalu memberi harapan bahwa semuanya bisa dimulai, dari awal lagi. Januari hadir sebagai simbol kesempatan kedua, dan mungkin bagi gue (dan jutaan orang lainnya yang lahir di bulan yang sama).. kelahiran. Bahwa tidak semuanya permanen. Bahkan semuanya tidak permanen. Bahwa setelah 12 bulan panjangnya kita berusaha merajut sesuatu, di 1 bulan baru ini kita bisa berkarya yang lain lagi setelah mendapat pelajaran setahun kemarin- menenun, mungkin? Bahwa setelah 12 bulan melakukan begitu banyak kesalahan, trial and errors , segala kebodohan.. di Januari, semua itu bisa jadi bahan tertawaan. Lalu pelajaran. Bahwa setelah 12 bulan yang begitu penat, ada harapan bertemu Januari yang sama sekali belum pekat. Bahwa bahkan di satu hari sebelum Januari, atau satu hari pertama Januari.. bahkan beratus hari setelah Januari nanti, kita masih sah untuk menentukan resolusi hidup kita....

just a 1.40 AM thought

Here I am, just finished watching a short movie in YouTube, actually commercialized but- well, the point is, message -nya itu tentang pengorbanan seseorang untuk seseorang lainnya. Gue yakin, setiap orang pasti punya this significant person(s)  yang kita keep close to our hearts , in whatever way possible. Orang-orang ini, yang akan selalu punya spot khusus di hati kita, adalah orang-orang yang most likely  mendapat hasil 'pengorbanan' kita. Pengorbanan apa? Menurut gue, pengorbanan itu tidak selalu seklise berhenti melakukan aktivitas kita agar seseorang tersebut bisa melakukannya, tidak selalu sebesar menghentikan impian kita demi impian orang lain. Banyak pengorbanan yang tidak kita sadari, tidak kita maknai, di kehidupan sehari-hari. Menghemat sedikit untuk membelikan kado ulang tahunnya. Makan di restoran yang dia pilih. Menerima telpon jam 2 pagi untuk mendengarkannya bercerita. Berhenti dari melakukan apapun yang sedang kita lakukan untuk menemani...

Tersambar

kamu itu petir datang di siang bolong tak berangin dan mengacak perasaan sampai hari berganti. atau datang di saat jendela saya berhujan, dan tetap saja sama mengejutkan. kamu itu petir mengoyak ketenangan. membuat saya bertanya, apakah saya aman? kamu itu petir tidak perlu menjadi petir yang besar untuk mengacaukan seluruh pikiran saya. kamu yang ada sedikit saja sudah merampas kedamaian di tengah hari menenangkan. tapi sadar tidak sadar, saat hari sudah mulai gelap kamu saya pertanyakan; kapan datang? walau untuk berlalu; terima kasih sudah menjadi penyeimbang malam tenang yang kelabu.

Bintang

aku  menamakan bintang atas namamu. awalnya aku mau mengganti nama bulan. tapi tidak- lebih dari memantulkan cahaya, kamu memancarkannya. aku menamakan bintang atas namamu. siang kita bertemu, tapi malam menanyakan obat kerinduanku. jadilah kamu yang di langit, kutunggu. aku menamakan bintang atas namamu. tapi malam ini kelabu. entah aku yang tertutup tabu, atau kamu yang memang beranjak, dan lalu.

Third Eight.

Supposed to be studying, but couldn't help to... By this time, gue juga udah LALINJU 2016 (alhamdulillah).. tapi masih ngga ada yang bisa mengalahkan feel 4 tahun lalu. 8 September 4 tahun lalu: LALINJU 2013.  Sebenarnya, bukan LALINJU-nya yang bikin tanggal itu begitu spesial. Lebih kepada apa yang ada sebelum dan sesudahnya. Sesudahnya.. sampai detik ini.  Berkat orang-orang ini , saya bisa belajar bagaimana bekerja dengan baik, bagaimana berkembang dan meningkatkan kualitas baik intrapersonal maupun interpersonal, dan bagaimana menjadi suatu bagian dari organisasi. Tapi lebih jauh dari itu.. lewat orang-orang ini,  saya dihadiahi Tuhan satu keluarga. Tujuh puluh sembilan di bawah satu nama, Dvadasa Laksmana Adikara . Nama ini sudah tidak pernah lagi dielu-elukan di SMP Labschool Kebayoran sejak kami turun tahun 2014.. tapi bukan itu yang penting. Nama itu pernah & akan selamanya bermakna di hati kami, di hati saya. Di hidup saya. Tanpanya...

Malam. Paham.

Setakut-takutnya aku yang bisa berpikir kalau hujan bisa menenggelamkan dunia.. aku suka sekali. Mungkin jatuhnya titik air membersikan penatku yang sekarang jernih. Barisnya semut saja jadi kontemplasiku yang panjang. Ah. Seberapa banyak Tuhan menciptakan pelajaran di setiap inci semesta-Nya? Lalu aku mulai paham, kalau mencitai dan mencintai Tuhan harus dimulai dengan memaknai segala yang diciptakan-Nya.

Penaku dan Pukul Dua

Sepi begini. Favoritku. Malam dan semua diam. Bahkan penaku menggores kata dengan hening yang dalam. Tenang, bersahaja. Waktu mau mengusik pun tak tega. Saat tidak ada orang lain yang membutuhkanmu, maka kamu akhirnya bisa membutuhkan diri sendiri. Menampar dan memaki, mencaci dan menyuci segala yang kita tahu harus dibenahi. Percaya tak percaya- penaku barusan saja mencipta kata sendiri. Pukul 02.00 pagi Aku butuh malam mengulang senyapnya sekali lagi. Cisarua 7 Agustus 2016

Untuk Apa

Fakta bahwa kamu dan aku itu siapa memang tak bisa dibantah. Tapi, kamu dan aku itu siapa yang bagaimana; sepenuhnya milik kita kalau-kalau ingin mengubah. Mungkin, pertanyaan pertama dalam hidup yang harus dijawab adalah untuk apa. Untuk apa pena ini menggores kata? dan untuk apa puisi ini tercipta? Sekadar rasa yang ingin. Atau mungkin sesimpel malam yang dingin. Menusuk; memaksaku mencari tahu rahasia yang mengintip di balik tebaran bintang terang di langit Cisarua. Aku hanya seorang anak yang penasaran. Nyaris 2 windu melenggang mencicip kehidupan- tapi belum jua pasti tujuan. Masa hanya diam? Menunggu malam menggenapkan kelam?   Toh... apa salahnya? Berdiam dan semata merenungkan hal yang lewat di kepala.  Kamu dan aku layaknya kembang api. Terbakar, meledak sekali, lalu mati.   Bahkan laut pun tak akan bergeming berduka   begitupun awan yang sudah terlalu sibuk untuk bertanya. Namun, ledakan itu pendar sejati eksisten...

Hidup

Keputusan tak selamanya menyenangkan. Bagi saya ya, dan bagi kamu tidak. dan bagi dia, "mungkin" bukan jawaban yang salah. Saya belajar untuk belajar, kalau warna-warna yang mengisi semesta ini tidak sekadar hitam putih. Gradasi abu-abu sampai pelangi harus dimaklumi. Memeluk, tertawa melihat yang lain mengusap air mata saling menepuk pundak; berusaha memberi dukungan juga belum tentu sang penepuk adalah manusia sempurna tanpa rasa kekalahan. Dan di sana ada jiwa-jiwa dewasa yang paham betul; butuh lebih dari sekedar waktu dan tepukan pundak untuk memulihkan sakit hati. Membiarkannya diam, dan merenung, bahwa hidup takkan merubah ketentuannya. Tapi kita selalu diberi pilihan untuk bekerja sama atau menolak seirama.

Melawan Gravitasi

Segala kekacauan yang terstruktur ini sudah menggenapkan identitasnya yang dari sebuah tragedi, jadi sebuah proses terencana. Dan rencana terbusuk adalah menggerakkan tangan besi dengan kuasa, dengan leluasa  hanya untuk ego pribadi, dan tidak untuk kebaikan khalayak massa. Saya sudah sampai di titik gerah dan ingin menyerah, marah. Marah saya itu tidak pantas dilampiaskan kecuali jika, dan hanya jika saya menolak kalah. Biar. Berdarah-darah. Saya tahu apa yang saya perjuangkan; dan semoga saya diberi kekuatan untuk memperjuangkannya. "Anak kecil, bisa apa?" Saya bisa menyatakan ya dan tidak. Saya bisa menolak, bertolak, dan berontak. Saya bisa menyalak. Dan saya bisa mendobrak. Butuh waktu, benar. Butuh tenaga, ya. Tapi saya tidak ragu mempertaruhkan semuanya. Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana saya tidak rela ada yang mengusiknya. Saya mencintai rumah kedua saya sebagaimana memorabilia bersejarah saya bertebaran tak terhitung nilainya, minta di...

#PrayForPeace

"People came to buy clothes to celebrate Eid. Now, they're buying coffins." #BaghdadAttack #تفجير_الكرادة   pic.twitter.com/eETxMK1KJU — Ali Hadi Al-Musawi (@ahmusawi)  July 4, 2016 -- Doesn't the news these days shatter your heart to pieces? Why can't we just live peacefully? or how come some live peacefully when the others don't? Doesn't it bother you, how can you stay silent watching the messed up attacks in the other parts of the world? It bothers me. A whole lot. And this post, is 100% purely written out of this call, a call forcing me to do something. -- 4 July 2016 Madinah. Islam's one of holiest cities. Right before Eid Al-Fitr. Does it really need to take a bombing to think, say Muslims are terrorist, and if these people do it in the name of their God, why would they attack their own religion's hometown? Selain (tentunya) pelanggaran hak asasi manusia, ini juga pelecehan terhadap agama. Agama yang dituding...

panggung yang kotor

Mau berteriak tapi di mana Mau membentak tapi pada siapa keadaan tak lelah terkesan jahat jiwa suci yang naif selalu berontak aku muak pada manusia yang mengaku terikat tapi khianat. aku muak pada manusia yang seolah berlaku benar hanya demi.. binar. ini palsu itu palsu semua palsu. skenario picisan apik di depan tapi bunuh impian di mana esensi? di mana pesan moral? di mana pelajaran? di mana kejujuran? hidup di dunia yang begitu palsu sama sekali tak membantu. mendera nurani. meremuk diri. mengoyak mimpi. aku muak. dengan kebodohan ku sendiri yang percaya. bahwa dunia masih penuh dengan orang-orang tanpa sandiwara. aku. yang patah hati.

Terasing

ya lupakanlah saja kau dan aku memang tercipta tuk saling terasing di atas bahtera yang hanya kita nahkodanya, terombang-ambing. 7 Mei 2016

terkaan

aku tak lelah berusaha, aku hanya lelah menerka. ingin kuserahkan saja semua, turuti mau-Mu apa, tapi berontaknya hati berkata apa inginku sama dengan rencana semesta?

kesombongan

"Orang diuji dengan apa yang ia sombongkan." Baru dapat kalimat ini beberapa jam yang lalu di Gandaria Tengah oleh Ust. Yahya. Dipikir-pikir, benar. Orang yang sombong dengan kekayaan diuji dengan kekayaannya, entah ia ditambah hartanya untuk menguji apakah ia masih bersyukur ataukah dikurangi hartanya untuk menguji ketabahannya. Orang yang sombong dengan jabatan akan diuji dengan jabatannya, karena jabatan adalah hal yang paling ia pentingkan maka tentu goncangan akan terasa berat bagi dirinya, dan di situlah letak ujiannya. istighfar. masih harus banyak memperbaiki diri.. yaAllah, kuatkanlah.

BINTAMA 2016: Enam Hari di Kesatrian Gatot Subroto

Image
Hari 1 - 19 Maret 2016 Sampai di sekolah pukul 05.30. Inget banget bawa roti hasil beli di sevel dan air putih, tapi akhirnya dititipin lagi ke orang tua karena baru tau bakal dapet snack dari sekolah (maksudnya biar ngga disuruh ngabisin sama Kopassus). Apel, masuk bus, berangkat. Di mobil duduk sebelah Quinta & NGW, ngobrol-ngobrol bentar, makan snack terus tidur. Pas buka mata tiba-tiba udah di gerbang keluar tol. Baru ngumpulin nyawa tiba-tiba udah ada plang Kesatrian Gatot Subroto. Yap, saatnya buka mata. BINTAMA, here I come. Keluar bus langsung lari bentuk barisan per kelas (kelas = pleton). Gue di kelas 9, ketua kelas (danton) hari pertama gue itu Dzaky. Lanjut, kita dibawa ke lapangan di depan kantor buat apel pembukaan. Setelah itu, kita ke barak, beresin tas dan gue masuk tenda 4. Lalu, ganti baju jadi loreng. Lanjut kegiatan, kita orientasi lapangan. Believe me, jalannya jauh banget. Dikenalin sama Batalyon 11, 12, 13 yang punya semboyan tersendiri ( & these ...

kkkkkangen.

Image
Were supposed to be studying Geography by now, dari tadi udah nyoba cuman failed to concentrate terus -- emang obatnya cuma satu sih, ngeblog. I know I've been holding this for a long time but, today, I'll cheat. I'll let it out. Pernah ngga sih, kangen.. ngga kangen sama sesuatu aja, tapi all at once. The same exact time. Kangen perasaan seneng, kangen perasaan sedih; kangen berada di suatu tempat, far far away from here, yet  kangen bisa ngerasa nyaman di sini. Nyaman. Kangen rasa nyaman, banget. Kangen rasa ngga numb . Kangen tiduran di atas rumput bersama orang yang menghargai menatap langit. Kangen duduk berjam-jam, talking about life, having each others' back.  Kangen ketawa, kangen ketawa sama certain group of people . Kangen nangis bareng seangkatan, kangen semuanya. Kangen semua yang pernah dilewatin. Not necessarily means I want to go back , tapi kangen. Kangen aja. Kangen banget.. Tadi ngescroll timeline Facebook dan nemu ini. Seems like...

lost

lost. Maybe it's the best title; as I am that lost . Have you ever; after a long good  day, after all the energy you spent on all of your activities, you suddenly feel that insignificant? So insignificant that you started wondering, when world will still turn right even when you're not around, why do you exist? Why do I exist? Is it to impress? or is it to be so full of yourself? Is it to accompany each other? or is it to struggle alone, but never winning? Have you ever; been in the situation when your head is so full of questions, even you started questioning if those questions are important or not. Why am I here? . ah, I am that lost . Quiet. Life sometimes feels to noisy I want it to be a little quiet.  I want to stop for awhile, to totally pause everything that has been going on and just, take a long, deep breathe. I thought I was that strong, but I wasn't -- life turns out to be more overwhelming than it used to & than I expe...

UKYTTS

percaya tidak percaya, puisi ini terakit dalam mimpi == jika waktu mengunci kita di sini, bergelimang sepi, aku mau. asal denganmu - untuk kau yang tak tahu siapa (1)
aku tahu kau sudah melihat puisi ini di mana-mana tapi aku sedang bicara bukan padamu jadi Tuhan, jika nanti aku jatuh cinta pada cinta yang baik, jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya.

Lagi.

Mencuri detik ikut tersenyum karena senyumnya. Meminta-Mu untuk menghentikan waktu saat tertawa bersamanya. Tuhan, mengapa mesti jatuh saat tak ingin? berpikir saat seharusnya merasa, lalu saat merasa, tak membawa akal.. tak pernah jatuh dalam sekali pandang, tapi sekali jatuh tak henti memandang. Definisi memiliki tak sama dengan mencintai, benar, 'kan! hati patah lagi.. dan mungkin aku harus kembali kali ini, bertemu tanpa mencari, menatap tanpa pakai hati, memerintah reflek 'tuk berhenti, dan memaksa rasa untuk mati. sambil mencuri detik ikut tersenyum karena senyumnya.. sambil meminta-Mu untuk menghentikan waktu saat tertawa bersamanya. Tuh kan! aku mulai lagi..